Pertanyaan ketujuh dari 30 pertanyaan yang harus saya jawab di #BPNblogchallenge2018 ini.
Nah, pertanyaan ketujuh ini kedengarannya gampang, tetapi lumayan susah buat saya, meskipun saya ini masuk dalam kategori pemalu alias PErempuan MAkan meluLU. Kenapa susah? Karena saya ini termasuk tipe pemakan segala, apa aja boleh, dimana aja boleh, asal kenyang dan enak, apalagi gratisan.
Cuma sayangnya, saya juga termasuk tipe pemakan yang moody-an (ternyata bukan cuma suasana hati doang yang moody ya), tergantung lagi pengen makannya apa.
Misalnya diajak makan enak, banyak, atau terkenal, bahkan gratisan alias di traktir, kalau lagi ngga pengen ya udah ga ikutan atau ikut tapi makan seadanya.
Tapi kalo lagi pengen makan sesuatu terus kesampaian, jangan ditanya seberapa banyak yang bisa saya makan. Sekilas saya kaya orang ngidam ya. Tapi engga kok, beneran.
Makanya, memilih 5 tempat makan favorit jadi susah. Secara, terlalu banyak pilihannya.
Tapi namanya juga tantangan yang harus dijawab, akhirnya saya putuskan memilih 5 tempat makan yang paling berkesan buat saya dan layak kalian coba.
Nasi Uduk Mpok Iyoh
Jalan Pahlawan No.95, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Cemp. Putih, Ciputat Tim., Kota Tangerang Selatan, Banten 15412
Sebagai blasteran Betawi Jawa, saya punya hubungan dekat dan ikatan batin yang kuat dengan Nasi Uduk dan teman-temannya. Sedari kecil sampe sekarang, hari-hari senantiasa dihiasi oleh keberadaan nasi uduk.
Dari sekian banyak jenis nasi uduk dengan pelengkap yang berbagai rupa, yang paling favorit bagi saya adalah Nasi Uduk dengan tambahan semur (kentang, tahu, tempe, jengkol), sambel kacang, emping, dan gorengan.
Disepanjang perjalanan hidup saya, Nasi Uduk Mpok Iyoh inilah yang paling juara. Bayangkan saja, sepiring nasi uduk dengan kuah semur dan tahu tempe jengkol, ditambah ayam kampung yang digoreng atau empal daging, dengan 2 macam sambel yang pasti juara rasanya. Enak pake banget. Kalau udah makan nasi uduk ini, bakalan nagih.
Untungnya, lokasi warung ini cukup dekat dari rumah. Jadi kalau lagi pengen, tinggal cuss berangkat. Yang musti diingat, warung ini tidak buka di pagi hari dan kadang tidak sampai malam hari karena sudah habis terjual.
Apalagi kalau Ramadan tiba, jangan coba-coba datang mendekati atau pada jam buka puasa, bisa-bisa tidak kebagian, sudah ludes terjual.
Warung Nasi Pak Ni’ih
Jl. Merpati, Ciputat, Ruko Seberang Gang Sawo
Warung nasi ini sebenarnya layaknya warung nasi biasa. Cuma memang masakannya lebih banyak yang khas dari Jakarta alias Betawi banget.
Mulai dari sayur asem, pecak ikan atau oncom, pindang, soto betawi, sayur santan yang pake trubuk, berbagai ikan goreng, sop iga, gorengan, dan banyak lagi. Lumayan, kalau saya lagi kangen masakan yang sering saya makan di masa kecil saya dan asli betawi-nya kerasa, Warung Nasi Pak Niih tempatnya.
Selain enak, harga yang terjangkau, dan banyak pilihan, kita pun bisa mengambil nasi sebanyak yang kita mau. Maklum nyendok sendiri macam prasmanan.
Kecuali kalau kita mau take away alias dibungkus, akan ada mpoknya yang ambilin buat kita. Warung ini selalu ramai dikunjungi, apalagi pada jam makan tiba.
Bakmi GM
Restoran ini sebenarnya tidak terlalu istimewa dibandingan restoran bakmi lainnya yang banyak menjamur di Jakarta. Tetapi, bagi saya, ini adalah restoran bakmi yang penuh kenangan dan tak tergantikan.
Betapa tidak, pertama kalinya saya makan di restoran ya di Bakmi GM ini. Dulu, almarhum Bapa mengajak kami sekeluarga (saya masih kecil banget sampai ingat ga ingat) makan di Bakmi GM (yang di pusatnya kalo ga salah) tanpa rencana tanpa pemberitahuan.
Alhasil, saya, adik, dan almarhum kaka dengan tampilan seadanya (kaos belel, celana pendek lusuh, sendal jepit yang udah tipis dan aus, rambut kusut, muka dekil abis main) masuk dengan tidak pede-nya ke restoran yang saat itu dipenuhi orang-orang dengan tampilan mereka yang cantik, ganteng, rapi, dan bersih.
Tetapi, saat itu almarhum Bapa dengan santainya ‘mengajarkan kami” untuk pede dan menjadi diri sendiri. Mengajarkan kami bahwa kita semua sama dan punya hak yang sama.
Toh mereka semua yang makan di restoran itu pun, tidak ngurusin atau keberatan dengan keberadaan kami. Ketidakpedean itu muncul dari dalam pikiran kami sendiri. Dan saya ingat, betapa Bakmi Cah Daging dan Cabe yang saya pesan saat itu terasa sangat amat nikmat.
Sampai sekarang almarhum Bapa sudah tidak bersama kami, sesekali, kami sekeluarga (saya, adik, dan mama) masih menyempatkan makan di restoran ini. Lagipula, makanan di restoran ini pun cukup enak dan terjangkau.
Omah Solo
Jl. TB Simatupang No.71A, RT.10/RW.1, Cilandak Tim., Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12430
Dulu pertama makan di tempat ini, suka banget dengan atmosfirnya yang Jawa banget. Namun sayangnya, setelah adanya pelebaran jalan, imbas dari adanya jalan tol Depok-Antasari, suasana Jawa di tempat ini jadi berkurang karena terpaksa harus direnovasi.
Meskipun begitu, restoran ini masih menjadi pilihan karena makan dan minuman yang disajikan masih sama seperti dulu, enak dan menggugah selera. Makanan favorit saya disini antara lain. Soto Nggading, Tengkleng kuah dan Tengkleng bakar.
Sementara minuman favorit adalah teh poci yang disajikan menggunakan poci yang terbuat dari tanah liat dan es leci.
Pare’gu
Jl. Sultan Iskandar Muda No.20, RT.2/RW.9, Kby. Lama Sel., Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12240
Pilihan terakhir jatuh ke restoran Jepang bernama pare’gu. Restoran ini mengusung “all you can eat” alias makan sepuasnya. Pertama ke restoran ini, sungguh tidak terasa atmosfir Jepang, karena memang tidak didesain seperti restoran Jepang pada umumnya. Dengan tampilan rumah minimalis klasik, sama sekali ga keliatan kalau restoran ini menyajikan makanan jepang macam shabu-shabu.
Sejauh ini, dari beberapa restoran all you can eat yang pernah saya datangi, Pare’gu ini masuk dalam jajaran top list. Patut dicoba pokoknya.