MAYDAY! It means Holiday!
Finally, we had a 3 days break from our daily routine. So we decided to get out from Jakarta and runaway to Bogor.
Rencana awal kami cuma ke Bogor. Entah mau ke mana sesampainya di Bogor. Sampai pada akhirnya, surfing di dunia maya dan terpaku sama yang namanya Eco Art Park Sentul.
Aneh juga sebenarnya. jauh-jauh naik kereta ke Bogor tapi balik lagi ke arah Sentul. Sebenarnya, kami ingin naik kereta saja. Sok gaya menjadi Walang alias Wanita-wanita petualang.
Berbekal persenjataan smartphone, power bank, dompet, dan tongsis. Meluncurlah kami ke Bogor. Sehubungan dengan rumah kami yang saling ‘berdekatan’ jadilah kami ketemuan di stasiun Bogor.
Selama perjalanan di kereta, saya mencoba mencari info transportasi ke Eco Art Park Sentul dari Stasiun Bogor. Klik! ketemulah saya dengan blog otakotakbule yang pada akhirnya menjadi pegangan saya menuju TKP.
Untuk menuju taman ini, dari stasiun Bogor, keluar kemudian belok kiri sampai ke depan Matahari department Store. Lalu naik angkot hijau bernomor 03 menuju Terminal Baranang-siang (Rp. 4000). Turun di depan pool bis Trans Pakuan (di depan terminal). Naik Trans Pakuan turun di depan Mall Bellanova (Rp. 6000). Kemudian kita menyeberang, belok kiri dan berjalan menuju lokasi.
Wah, sesampainya di sana, kami langsung disambut berbagai patung yang ‘naked.’ Beruntungnya kami, taman masih dalam keadaan sepi. Maklum, kami berangkat saja balapan sama bangunnya ayam. So, it really fresh to be there. Fresh air. Inhale… Exhale… Deep…
We start our refreshing morning walk from Taman Patung.
Taman Patung ini terletak di belakang kantor pemasaran Sentul City. Sesuai namanya, di bagian taman ini dapat kita temui belasan patung yang konon katanya dibuat oleh perupa dari beberapa negara, di antaranya Salvador Dali dari Spanyol dan Botaro dari Korea.
Selain patung, ada juga bangku taman yang unik. Yang membuat jiwa narsis kami membuncah untuk berfoto bak model. Lumayanlah untuk melatih keahlian kami memakai tongsis biar makin gape. Maklum masi awam.
Puas berfoto ria, kami menaiki jembatan penuh kelok menuju Taman Sains.
Pemandangan dari atas jembatan sungguh memanjakan mata. Setidaknya, masih ada hamparan berwarna hijau di sana-sini. Sekali lagi maklumi saja, kami biasa melihat beton di kanan-kiri jembatan kalau di jakarta.
Mumpung sepi, kami putuskan beristirahat sejenak di pojok jembatan sambil menikmati pemandangan pepohonan nan hijau dan gemericik sungai di kejauhan.
Sampai di ujung jembatan, kami melewati restoran Mang Kabayan. Ah, saya jadi teringat kangkung ngebul khas mang Kabayan. Laper. Sayang-disayang, kami cuma lewat doank.
Lalu sampailah di Taman Sains. Seru juga belajar sains dengan cara yang menyenangkan, penuh warna-warni dan dikelilingi taman yang indah. Untuk mengetahui lebih lengkap peralatan sains apa yang ada di sini, silakan klik liburananak.com.
Disini juga ada Mini Open Theatre. Sayangnya, tidak ada kegiatan di teater tersebut pada saat kedatangan kami ke sana.
Kemudian, Dwi dengan semangatnya, mencari robot yang menjadi salah satu trademark di taman ini. Ketemu juga pada akhirnya.
Hmm… di mana ya Pasar Ah Poong-nya? Ternyata sudah ada di depan mata, sambil melewati restoran Warung tekko yang cantik, Saung madu, dan jembata, sampailah kami di pasar Ah Poong.
Ternyata Pasar Ah Poong ini semacam Food Court. Dulunya, benar-benar ada Pasar Apung di sini, tapi entah kenapa sekarang sudah tidak ada lagi. Puas dari food court kami melewati Jembatan Merah yang ternyata adalah Jembatan Gantung. Seru. Sengaja kami goyang kanan goyang kiri bak anak kecil amin di Outdoor Playground-nya Highscope biar makin goyang jembatannya.
Oke, ada jembatan. Lagi. Jembatan berwarna biru, tapi kami lewati saja. Kami lebih tertarik menaiki perahu untuk sekedar mengelilingi Pasar Ah Poong.
Berkenalanlah kami dengan Mang Ajay, yang dengan semangat dan ramahnya menjadi pendayung perahu kami. FYI, untuk naik perahu ini bayar sukarela loh. Enak kan. Kami memang suka yang gratisan dan sukarela.
Sambil berimajinasi, kami sedang berlayar di dalam kota Venezia, Italia. Ah, indahnya. Padahal mah, puanas bo! payung mana payung! sunglasses mana sunglasses! sunblock mana sunblock! teriak kami dalam hati masing-masing.
Teriknya sang mentari, membangunkan kami dari mimpi. Mang Ajay pun kembali membawa kami menepi. Dengan sedikit menggoda sesekali, meninggalkan kami sendiri dalam perahu ini. Aaah, mang ajay… Jangan biarkan kami mengapung sendiri… lebayyy.
Dan selesailah kami ngebolang di taman yang indah dan lengkap ini. Sepanjang perjalanan pulang, bersyukurlah kami datang di pagi hari. Karena semakin siang, pengunjung semakin ramai.
Sampai di sini, pulanglah kami. Nope! matahari masih tinggi menjulang kawan, perjalanan Walang pun masih panjang. Lanjut ke… Kota Tua di tengah Jakarta.