Akhirnya, saya berkesempatan juga menyambangi event jepang yang cukup terkenal ini, Jak-Japan Matsuri 2014. Setelah 5 kali event ini diadakan, baru di yang ke-6 ini saya bisa hadir. Senang dan excited bukan main rasanya. Maklum, saya ini salah satu pecinta Jepang. Bukan berarti saya tidak cinta Indonesia loh. Indonesia still number one.
Apa sih JJM alias Jak-Japan Matsuri? bagi kalian yang belum tahu, JJM itu diawali pada tahun 2008 bertepatan dengan diselenggarakannya event peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang. Pada saat itu ada pemikiran bagaimana agar nyala api persahabatan yang berkobar selama ini dapat terus terjaga dengan baik.
Dari niat tersebut berkumpullah warga Jepang yang mencintai Indonesia diikuti dengan munculnya simpati dari warga ibu kota Jakarta dan pemerintah DKI Jakarta, sehingga dengan berpijak pada persahabatan yang telah terbina selama 50 tahun lalu itu, lahirlah ”Jak-Japan Matsuri” yang di dalamnya terkandung harapan bahwa sekalipun zaman berubah namun kizuna, ikatan persahabatan kedua negara, akan semakin lebih luas dan kuat. (Sumber: http://www.id.emb-japan.go.jp).
Nah, tema Jak-Japan Matsuri tahun ini adalah INDONESIA-JAPAN ONE TEAM, maju bersama sambil bergandeng tangan. Dan, baru pertama kali ini pulalah, acara penutupan Jak-japan matsuri bertempat di Parkir Timur Senayan setelah selama 5 tahun ke belakang selalu diadakan di Monas. Jak-Japan Matsuri ini berlangsung dari tanggal 14-21 September 2014. Unfortunately, saya cuma bisa ikutan di hari penutupannya saja.
Siang itu, saya, Dwi, dan mama sengaja bela-belain datang pagi supaya lebih puas, alias bisa berkelilling sampai kaki pegel. Berangkat dengan naik kereta dan disambung dengan taksi, maka sampailah kami dengan sangat cepat di lokasi kejadian.
Benar saja, saking paginya, sampai-sampai pintu belum dibuka. Degan tiket seharga 30 ribu/ orang yang sudah berada di tangan, kami pun mengantri dengan sabarnya.
Ting Tong! tepat pukul 9.45 pagi, persis seperti yang tertera dalam jadwal acara, pintu pun dibuka. Bener-bener on time. Tidak heran orang jepang terkenal akan kedisiplinannya.
Masuklah kami ke lokasi dengan sebuah kipas di tangan yang dibagikan di pintu masuk. Lumayan juga dapat kipas mengingat panasnya udara kala itu.
Karena suasana tidak terlalu ramai, maka kami putuskan untuk menuju panggung utama dan menikmati pertunjukan disana. Tidak disangka, saya takjub dan terkesima, keren bingits kalo kata anak sekarang mah. Maklum baru pertama kali ke JJM jadi agak norak dan lebay.
Ketika acara dimulai, masuklah MC nya. Yang wanita orang Indonesia, yang laki-laki orang Jepang (aktor, penyanyi, MC, host acara TV Indonesia Banget, Translator) yang pernah lama tinggal di Indonesia, namanya Hiroaki Kato.
Bagi saya, si Kato ini cakep bener, dengan gaya rambut panjangnya yang dicepol ke atas dan kostumnya yang casual summer. Kereeen, mirip Zambrotta pemain bola favorit saya. Agak-agak keliatan kaya samurai jepang gitu. Squeeeel.
Ia juga yang menerjemahkan novel Laskar Pelangi ke Bahasa Jepang untuk diterbitkan di Jepang. kalau yang wanita namanya Puti Chitara (Pernah kuliah di Jepang, Penyanyi, MC). Gokil sekali mereka berdua.
Back to the show.
Genderang Jepang Oedo SukerokuTaiko Jakarta. Sumpah keren abis. Saya dan Dwi tidak henti-hentinya mengabadikan pertunjukan ini. Gemuruh suara genderang yang ditabuh dengan piawai ini benar-benar menyentuh relung hati.
Sampai-sampai, saya bilang ke dwi, “Uwieee… ikutan yuuu sama komunitas mereka, biar bisa mukul-mukul genderang kaya gitu. Lumayan buat ngecilin lengan hehehehe.”
Tarian Kochi Yosakoi & Tarian Okinawa Eisa. Tadinya saya pikir, tarian ini semacam tarian tradisional Jepang yang benar-benar tradisional. Ternyata lebih seperti genre pop. Secara, musik yang digunakan lebih catchy dan enerjik. Ditambah lagi, ada kalanya mereka memakai musik soundtrack anime.
Gerakannya sih simple tapi jumlah penari yang banyak membuat tarian ini menarik untuk dilihat. Apalagi di tarian yang terakhir, penonton di ajak untuk ikut bergabung menari bersama. Sayang posisi saya dibelakang para tamu undangan, jadi menyulitkan saya untuk gabung. Padahal kepengen tuh secara dulunya mantan penari jadi-jadian.
Tarian Yosakoi Soran. Nah ini dia. Tarian yang bikin saya penasaran pengen nonton Live. Penasaran karena belum lama ini saya sempat membaca mengenai Festival Yosakoi Soran di Sapporo, Jepang Utara dan menonton tarian ini di youtube. Tarian ini biasanya diikuti oleh puluhan orang hingga ribuan orang.
Telusur punya telusur, Yosakoi adalah tarian khas daerah Kouchi yang menggunakan Naruko, semacam alat perkusi, sebagai alat musiknya sehingga dikenal sebagai Kouchi Yosakoi. Tarian ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1954.
Yosakoi Soran pertama kali muncul pada tahun 1992. Jadi, bisa dibilang Yosakoi Soran adalah turunan dari Kouchi Yosakoi. Kalo Kouchi Yosakoi menggunakan Yosakoi Bushi, maka Yosakoi Souran menggunakan Souran Bushi.
Soran Bushi merupakan tarian nelayan yang berasal dari Hokkaido, bagian utara Jepang. Di laut utara, Perahu kayu para nelayan berhadapan dengan gelombang besar musim dingin.
Dalam kondisi seperti itu, mereka menyanyikan lagu Soran Bushi untuk membangkitkan semangat dan membantu mereka supaya terjaga sepanjang malam yang dingin. Makanya ga heran, kalo di setiap tarian akan ada bendera berkibar dengan gambar ikan disana.
Alhamdulillah, bisa lihat secara langsung tarian ini. Keren, kata-kata “SOURAN SOURAN” yang diteriakkan sang penyanyi benar-benar memompa semangat saya.
Setelah menonton tarian Yosakoi Souran yang keren itu. Kami akhirnya beranjak dari panggung utama dan langsung mengambil langkah seribu menuju booth-booth yang ada di JJM ini.
Jadi, kami melewatkan penampilan Ren-Ai Project, No Generation Gaps (NGG) Band, “Nyanyi yuk!” Lomba Nyanyi Indonesia – Jepang, dan Paduan Suara En-Juku.
Sementara itu, JJM ini mulai dipenuhi oleh para pengunjung yaaang sepertinya sebagian besar ABG.
Penasaran seperti apa hujan salju? Ini dia rasanya. Tadi sempat mendengar bahwa akan ada hujan salju di JJM. Hujan salju buatan pastinya. Mesin pembuat salju katanya khusus didatangkan dari Jepang sana. Yah, lumayanlah, bisa merasakan hujan salju, membuat snowman, sampai seluncuran.
Setelah semua booth dikelilingi. Perut mulai meronta-ronta berteriak kelaparan. Tidak sah rasanya kalau ke acara Jepang semacam ini tetapi tidak memakan yang namanya Takoyaki sama Okonomiyaki.
Kami membeli keduanya di booth Osaka Soul Food. Harganya memang lebih mahal dibandingkan booth yang menjual makanan yang sama. Tapi sumpah, worth it.
Enaaaaak. Nomnomnomnom. Dibanding makanan sama yang pernah saya makan. Ini yang terenak. Bikin nagih. Ditambah lagi makan bareng es serut rasa strawberry dan lychee. Segeeeer…
Sudah kenyang, lanjut lagi berkeliling. Semakin siang semakin ramai. Para cosplayer pun mulai berdatangan. Jepret sana jepret sini, para cosplayer laku diminta foto bareng bak diri mereka selebriti.
Termasuk saya dan dwi yang tidak mau kalah ikutan minta foto bareng. Tapi sayang, para cosplayer ini, kalau menurut saya, masih kurang mirip dengan penampakan karakter aslinya. Kalau untuk cosplayer, saya masih takjub dengan yang pernah saya lihat di Motto festival Pluit Village dahulu kala.
Ketika lagi bingung mau ngapain lagi, sayup-sayup terdengar suara nyanyian soundtrack anime. “Kyaaaaaa… ayo kesana wie, ma” teriak saya. Ternyata benar saja, di depan panggung sudah penuh sesak.
Well, it turned out, Jakarta KEI ON is on the stage!
JAKARTA KEI-ON atau Jakarta Keion Club (“Keion”) adalah kelompok band musik yang dibangun oleh beberapa orang Jepang yang tinggal dan bekerja di DKI Jakarta dan sekitarnya. Semua anggotanya bukan musisi profesional, tetapi musisi Amatir yang bekerja sebagai karyawan atau lainnya pada hari kerja.
Mereka menyanyikan lagu kebangsaan yang selalu dibawakan di event yang berbau Jepang. Apa lagi kalau bukan Sobakazu dari Judy & Mary (Samurai X OST) dan Pegasus Fantasy (Saint Seiya OST) yang animenya super booming kala disiarkan di TV Indonesia.
COSPLAY Show oleh CLASH. Cosplay ini lumayan seru. Sayangnya saya merasa lelah setelah semangat ikut bernyanyi, teriak, dan jingkrak-jingkrak bareng jakarta Kei On. Makanya, kami cuma nonton dari jauh sambil duduk dan sekadar beristirahat.
Pertunjukkan yang dipersembahkan oleh DKI Jakarta. Sayangnya, pertunjukkan dibatalkan. Entah apa alasannya. Tapi, namanya juga acara yang diprakarsai orang Jepang, bener-bener disiplin. The show must go on. Jadilah kedua MC mendadak didaulat untuk menyumbangkan 1 lagu. Untung dua-duanya emang asli penyanyi.
Kato menyanyikan lagu laskar pelangi berbahasa Jepang, sedangkan Puti menyanyikan lagunya Ayumi Hamazaki berjudul sakura. Berhubung sudah seger lagi, kami bertiga merangsek lagi ke depan panggung. Penasaran melihat penampilan Kato dan Puti.
Akrobat lompat tali (double dutch) oleh Fusion of Gambit dari Universitas Ritsumeikan. Well, ini dia hal baru bagi saya. Baru tahu kalau ada yang namanya Double Dutch. Keyeeeeeen. Jadi, sebenarnya, seperti hiphop dance, hanya saja memakai props 2 tali yang diayun.
Intinya, mereka ngedance sambil main lompat tali. Anggota team Fusion of Gambit ini cakep-cakep, mirip orang Korea.
Kelompok “Lagu-Lagu-Kai.” Oke, kalo yang ini, sesuai banget sama mama. Akhirnya ada juga yang genrenya cocok sama mama. Kelompok orang Jepang yang sudah kakek nenek yang menyanyikan lagu-lagu Indonesia. Bukan sembarang lagu Indonesia loh, melainkan lagu wajib, lagu nostalgia sampe lagu daerah.
Lagu-lagu yang mungkin sudah jarang juga dinyanyikan sama anak jaman sekarang. Yang bikin haru apa coba? Para penonton yang notabene sebagian besar anak muda, ABG, tidak beranjak dari depan panggung. Kita semua mengapresiasi mereka. Sudah seperti menonton kakek nenek sendiri.
Galaxy Jazz Band. Ini dia penampilan terakhir yang bisa kami tonton karena harus pulang untuk menjenguk om yang habis operasi di RS. Karena saya suka jazz , begitu pula dengan mama, berat rasanya meninggalkan penampilan mereka.
Jadilah diputuskan kami mendengarkan 1 lagu saja. Pas banget suasananya. Sudah sore, mulai mendung, mulai berangin, ditemani alunan musik jazz. Adeeeem rasanya.
Aaaaaah… akhirnya selesai 1 lagu. Dengan berat hati kami harus mengakhiri keseruan hari ini. Sayang sekali tidak bisa mengikuti sampai selesai. Penasaran sekali dengan yang namanya Bon Odori. But it’s okay, there will always be another chance. Next Year maybe.
So, we said goodbye to Jak-Japan Matsuri 2014. Meskipun melewatkan penampilan Mr. Kuriya Makoto, Angklung, Mikoshi, Jrocks, JKT 48, pesta kembang api, dan Bon Odori. Bisa dibilang kami sudah sangat puas. Dijamin bakal balik lagi tahun depan.
So, Mari Maju Bersama Bergandeng tangan!