Gala Premiere Warkop DKI Reborn, Jangkrik Boss! Part 1

Dono, Kasino, Indro. Trio yang dikenal dengan nama Warkop DKI. Trio yang telah meramaikan dunia komedi Indonesia untuk puluhan tahun lamanya. Legenda. Kalau boleh dikatakan.

Dono, Kasino, Indro. Ketiga anggota Warkop DKI tersebut kini dilahirkan kembali melalui sosok 3 pemuda, aktor berbakat indonesia.

Abimana Aryasatya sebagai Dono, Tora sudiro sebagai Indro, dan Vino G. Bastian sebagai Kasino. Mereka hadir dalam kemasan Warkop DKI Reborn. Bukan sebagai pengganti Warkop DKI asli, namun sebagai penerus atau pewaris.

Tujuannya, agar generasi muda dan generasi seterusnya mengenal komedi yang ditawarkan sang trio legenda komedi Indonesia ini.

Malam itu, Hari Jumat, tanggal 2 September 2016, saya dan Dwi berkesempatan menghadiri Gala Premier Film Warkop DKI Reborn. Jangkrik Boss! Part 1. Bertempat di CGV Blitz Grand Indonesia, Lt. 8. Kemeriahan dan keseruan pun dimulai.

Acara yang dimulai pukul 18.00-22.30 malam ini pun dipenuhi sesak oleh para undangan serta fans setia Warkop DKI. Suasana CGV Blitz pun kental dengan nuansa Warkop DKI. Mulai dari photobooth, panggung, poster, toko merchandise hingga para pendukung acara yang berdandan ala Chips.

Pukul 18.00, kami pun menukar undangan dengan tiket. Setelah itu, kami menghabiskan waktu di restoran Warjok Asli (Warung Pojok Asli) hingga pukul 19.00 tiba. Tak lama, mulailah acara. Diawali dengan Red Carpet para pemain utama, temu ramah pemain yang dipandu oleh Imam Darto, Bernyanyi lagu Warung Kopi bersama, serta Flash Mob Chicken Dance yang menjadi salah satu ciri khas Warkop DKI.

Tibalah saat yang dinantikan. Penayangan perdana film Warkop DKI reborn. Alangkah beruntungnya kami, mendapat undangan di Auditorium 1 (bersama para aktor dan aktris pendukung), di posisi yang nyaman pula. Tepat dibelakang kami, putra ke-2 Almarhum Dono, sementara puluhan pekerja seni lainnya mulai memadati Auditorium 1.

Sebut saja BCL serta suami, Nino Fernandes, Omesh, Paramitha Rusady, Morgan Oey, Dewi Sandra, Tantri ‘Kotak,’ Miing, Christine Hakim, karina Suwandi, Mieke Amalia, Ari tulang, Tarzan, seluruh aktor dan aktris yang terlibat di film ini beserta keluarga mereka dan banyak lainnya.

Yang paling mengharukan adalah hampir seluruh keluarga besar Dono, Kasino, dan Indro juga hadir disini.

Sebelum film ditayangkan.  Para pemain, sutradara, produser, perwakilan Falcon Pictures dan juga kerabat Dono, Kasino, Indro melakukan stage greeting. Kami pun berkesempatan melihat mereka dari dekat serta mendengar kesan dan pesan mereka.

Akhirnya. Lampu pun dimatikan dan Warkop DKI Reborn siap mengocok perut kita semua. Meskipun ada beberapa adegan yang menurut saya tidak perlu, namun secara keseluruhan film ini sungguh menghibur.

Salah satu adegan favorit saya adalah ketika Trio Warkop ini mengunjungi Paman Dono (Tarzan) dalam rangka meminjam uang. Percakapan serta akting mereka semua sungguh mengundang gelak tawa yang tiada hentinya. Ditambah lagi dengan kehadiran para komika Indonesia, makin mengocok tawa kita.

Abimana, Tora, dan Vino sukses menghidupkan kembali sosok Trio Warkop di era masa kini. Jadi, jangan ragu untuk menyaksikan film ini di bioskop terdekat mulai 8 September 2016.

Ingat.

Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.

Jak-Japan Matsuri 2014

 

Akhirnya, saya berkesempatan juga menyambangi event jepang yang cukup terkenal ini, Jak-Japan Matsuri 2014. Setelah 5 kali event ini diadakan, baru di yang ke-6 ini saya bisa hadir. Senang dan excited bukan main rasanya. Maklum, saya ini salah satu pecinta Jepang. Bukan berarti saya tidak cinta Indonesia loh. Indonesia still number one.

Apa sih JJM alias Jak-Japan Matsuri? bagi kalian yang belum tahu, JJM itu diawali pada tahun 2008 bertepatan dengan diselenggarakannya event peringatan 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang. Pada saat itu ada pemikiran bagaimana agar nyala api persahabatan yang berkobar selama ini dapat terus terjaga dengan baik.

Dari niat tersebut berkumpullah warga Jepang yang mencintai Indonesia diikuti dengan munculnya simpati dari warga ibu kota Jakarta dan pemerintah DKI Jakarta, sehingga dengan berpijak pada persahabatan yang telah terbina selama 50 tahun lalu itu, lahirlah ”Jak-Japan Matsuri” yang di dalamnya terkandung harapan bahwa sekalipun zaman berubah namun kizuna, ikatan persahabatan kedua negara, akan semakin lebih luas dan kuat. (Sumber: http://www.id.emb-japan.go.jp).

Nah, tema Jak-Japan Matsuri tahun ini adalah INDONESIA-JAPAN ONE TEAM, maju bersama sambil bergandeng tangan. Dan, baru pertama kali ini pulalah, acara penutupan Jak-japan matsuri bertempat di Parkir Timur Senayan setelah selama 5 tahun ke belakang selalu diadakan di Monas. Jak-Japan Matsuri ini berlangsung dari tanggal 14-21 September 2014. Unfortunately, saya cuma bisa ikutan di hari penutupannya saja.

Siang itu, saya, Dwi, dan mama sengaja bela-belain datang pagi supaya lebih puas, alias bisa berkelilling sampai kaki pegel. Berangkat dengan naik kereta dan disambung dengan taksi, maka sampailah kami dengan sangat cepat di lokasi kejadian.

Benar saja, saking paginya, sampai-sampai pintu belum dibuka. Degan tiket seharga 30 ribu/ orang yang sudah berada di tangan, kami pun mengantri dengan sabarnya.

Ting Tong! tepat pukul 9.45 pagi, persis seperti yang tertera dalam jadwal acara, pintu pun dibuka. Bener-bener on time. Tidak heran orang jepang terkenal akan kedisiplinannya.

Masuklah kami ke lokasi dengan sebuah kipas di tangan yang dibagikan di pintu masuk. Lumayan juga dapat kipas mengingat panasnya udara kala itu.

Karena suasana tidak terlalu ramai, maka kami putuskan untuk menuju panggung utama dan menikmati pertunjukan disana. Tidak disangka, saya takjub dan terkesima, keren bingits kalo kata anak sekarang mah. Maklum baru pertama kali ke JJM jadi agak norak dan lebay.

Ketika acara dimulai, masuklah MC nya. Yang wanita orang Indonesia, yang laki-laki orang Jepang (aktor, penyanyi, MC, host acara TV Indonesia Banget, Translator) yang pernah lama tinggal di Indonesia, namanya Hiroaki Kato.

Bagi saya, si Kato ini cakep bener, dengan gaya rambut panjangnya yang dicepol ke atas dan kostumnya yang casual summer. Kereeen, mirip Zambrotta pemain bola favorit saya. Agak-agak keliatan kaya samurai jepang gitu. Squeeeel.

Ia juga yang menerjemahkan novel Laskar Pelangi ke Bahasa Jepang untuk diterbitkan di Jepang. kalau yang wanita namanya Puti Chitara (Pernah kuliah di Jepang, Penyanyi, MC). Gokil sekali mereka berdua.

Back to the show.

Genderang Jepang Oedo SukerokuTaiko Jakarta. Sumpah keren abis. Saya dan Dwi tidak henti-hentinya mengabadikan pertunjukan ini. Gemuruh suara genderang yang ditabuh dengan piawai ini benar-benar menyentuh relung hati.

Sampai-sampai, saya bilang ke dwi, “Uwieee… ikutan yuuu sama komunitas mereka, biar bisa mukul-mukul genderang kaya gitu. Lumayan buat ngecilin lengan hehehehe.”

Tarian Kochi Yosakoi & Tarian Okinawa Eisa. Tadinya saya pikir, tarian ini semacam tarian tradisional Jepang yang benar-benar tradisional. Ternyata lebih seperti genre pop. Secara, musik yang digunakan lebih catchy dan enerjik. Ditambah lagi, ada kalanya mereka memakai musik soundtrack anime.

Gerakannya sih simple tapi jumlah penari yang banyak membuat tarian ini menarik untuk dilihat. Apalagi di tarian yang terakhir, penonton di ajak untuk ikut bergabung menari bersama. Sayang posisi saya dibelakang para tamu undangan, jadi menyulitkan saya untuk gabung. Padahal kepengen tuh secara dulunya mantan penari jadi-jadian.

Tarian Yosakoi Soran. Nah ini dia. Tarian yang bikin saya penasaran pengen nonton Live. Penasaran karena belum lama ini saya sempat membaca mengenai Festival Yosakoi Soran di Sapporo, Jepang Utara dan menonton tarian ini di youtube. Tarian ini biasanya diikuti oleh puluhan orang hingga ribuan orang.

Telusur punya telusur, Yosakoi adalah tarian khas daerah Kouchi yang menggunakan Naruko, semacam alat perkusi, sebagai alat musiknya sehingga dikenal sebagai Kouchi Yosakoi. Tarian ini pertama kali ditampilkan pada tahun 1954.

Yosakoi Soran pertama kali muncul pada tahun 1992. Jadi, bisa dibilang Yosakoi Soran adalah turunan dari Kouchi Yosakoi. Kalo Kouchi Yosakoi menggunakan Yosakoi Bushi, maka Yosakoi Souran menggunakan Souran Bushi.

Soran Bushi merupakan tarian nelayan yang berasal dari Hokkaido, bagian utara Jepang. Di laut utara, Perahu kayu para nelayan berhadapan dengan gelombang besar musim dingin.

Dalam kondisi seperti itu, mereka menyanyikan lagu Soran Bushi untuk membangkitkan semangat dan membantu mereka supaya terjaga sepanjang malam yang dingin. Makanya ga heran, kalo di setiap tarian akan ada bendera berkibar dengan gambar ikan disana.

Alhamdulillah, bisa lihat secara langsung tarian ini. Keren, kata-kata “SOURAN SOURAN” yang diteriakkan sang penyanyi benar-benar memompa semangat saya.

Setelah menonton tarian Yosakoi Souran yang keren itu. Kami akhirnya beranjak dari panggung utama dan langsung mengambil langkah seribu menuju booth-booth yang ada di JJM ini.

Jadi, kami melewatkan penampilan Ren-Ai Project, No Generation Gaps (NGG) Band, “Nyanyi yuk!” Lomba Nyanyi Indonesia – Jepang, dan Paduan Suara En-Juku.

Sementara itu, JJM ini mulai dipenuhi oleh para pengunjung yaaang sepertinya sebagian besar ABG.

Penasaran seperti apa hujan salju? Ini dia rasanya. Tadi sempat mendengar bahwa akan ada hujan salju di JJM. Hujan salju buatan pastinya. Mesin pembuat salju katanya khusus didatangkan dari Jepang sana. Yah, lumayanlah, bisa merasakan hujan salju, membuat snowman, sampai seluncuran.

Setelah semua booth dikelilingi. Perut mulai meronta-ronta berteriak kelaparan. Tidak sah rasanya kalau ke acara Jepang semacam ini tetapi tidak memakan yang namanya Takoyaki sama Okonomiyaki.

Kami membeli keduanya di booth Osaka Soul Food. Harganya memang lebih mahal dibandingkan booth yang menjual makanan yang sama. Tapi sumpah, worth it.

Enaaaaak. Nomnomnomnom. Dibanding makanan sama yang pernah saya makan. Ini yang terenak. Bikin nagih. Ditambah lagi makan bareng es serut rasa strawberry dan lychee. Segeeeer…

Sudah kenyang, lanjut lagi berkeliling. Semakin siang semakin ramai. Para cosplayer pun mulai berdatangan. Jepret sana jepret sini, para cosplayer laku diminta foto bareng bak diri mereka selebriti.

Termasuk saya dan dwi yang tidak mau kalah ikutan minta foto bareng. Tapi sayang, para cosplayer ini, kalau menurut saya, masih kurang mirip dengan penampakan karakter aslinya. Kalau untuk cosplayer, saya masih takjub dengan yang pernah saya lihat di Motto festival Pluit Village dahulu kala.

Ketika lagi bingung mau ngapain lagi, sayup-sayup terdengar suara nyanyian soundtrack anime. “Kyaaaaaa… ayo kesana wie, ma” teriak saya. Ternyata benar saja, di depan panggung sudah penuh sesak.

Well, it turned out, Jakarta KEI ON is on the stage!

JAKARTA KEI-ON atau Jakarta Keion Club (“Keion”) adalah kelompok band musik yang dibangun oleh beberapa orang Jepang yang tinggal dan bekerja di DKI Jakarta dan sekitarnya. Semua anggotanya bukan musisi profesional, tetapi musisi Amatir yang bekerja sebagai karyawan atau lainnya pada hari kerja.

Mereka menyanyikan lagu kebangsaan yang selalu dibawakan di event yang berbau Jepang. Apa lagi kalau bukan Sobakazu dari Judy & Mary (Samurai X OST) dan Pegasus Fantasy (Saint Seiya OST) yang animenya super booming kala disiarkan di TV Indonesia.

COSPLAY Show oleh CLASH. Cosplay ini lumayan seru. Sayangnya saya merasa lelah setelah semangat ikut bernyanyi, teriak, dan jingkrak-jingkrak bareng jakarta Kei On. Makanya, kami cuma nonton dari jauh sambil duduk dan sekadar beristirahat.

Pertunjukkan yang dipersembahkan oleh DKI Jakarta. Sayangnya, pertunjukkan dibatalkan. Entah apa alasannya. Tapi, namanya juga acara yang diprakarsai orang Jepang, bener-bener disiplin. The show must go on. Jadilah kedua MC mendadak didaulat untuk menyumbangkan 1 lagu. Untung dua-duanya emang asli penyanyi.

Kato menyanyikan lagu laskar pelangi berbahasa Jepang, sedangkan Puti menyanyikan lagunya Ayumi Hamazaki berjudul sakura.  Berhubung sudah seger lagi, kami bertiga merangsek lagi ke depan panggung. Penasaran melihat penampilan Kato dan Puti.

Akrobat lompat tali (double dutch) oleh Fusion of Gambit dari Universitas Ritsumeikan. Well, ini dia hal baru bagi saya. Baru tahu kalau ada yang namanya Double Dutch. Keyeeeeeen. Jadi, sebenarnya, seperti hiphop dance, hanya saja memakai props 2 tali yang diayun.

Intinya, mereka ngedance sambil main lompat tali. Anggota team Fusion of Gambit ini cakep-cakep, mirip orang Korea.

Kelompok “Lagu-Lagu-Kai.” Oke, kalo yang ini, sesuai banget sama mama. Akhirnya ada juga yang genrenya cocok sama mama. Kelompok orang Jepang yang sudah kakek nenek yang menyanyikan lagu-lagu Indonesia. Bukan sembarang lagu Indonesia loh, melainkan lagu wajib, lagu nostalgia sampe lagu daerah.

Lagu-lagu yang mungkin sudah jarang juga dinyanyikan sama anak jaman sekarang. Yang bikin haru apa coba? Para penonton yang notabene sebagian besar anak muda, ABG, tidak beranjak dari depan panggung. Kita semua mengapresiasi mereka. Sudah seperti menonton kakek nenek sendiri.

Galaxy Jazz Band. Ini dia penampilan terakhir yang bisa kami tonton karena harus pulang untuk menjenguk om yang habis operasi di RS. Karena saya suka jazz , begitu pula dengan mama, berat rasanya meninggalkan penampilan mereka.

Jadilah diputuskan kami mendengarkan 1 lagu saja. Pas banget suasananya. Sudah sore, mulai mendung, mulai berangin, ditemani alunan musik jazz. Adeeeem rasanya.

Aaaaaah… akhirnya selesai 1 lagu. Dengan berat hati kami harus mengakhiri keseruan hari ini. Sayang sekali tidak bisa mengikuti sampai selesai. Penasaran sekali dengan yang namanya Bon Odori. But it’s okay, there will always be another chance. Next Year maybe.

So, we said goodbye to Jak-Japan Matsuri 2014. Meskipun melewatkan penampilan Mr. Kuriya Makoto, Angklung, Mikoshi, Jrocks, JKT 48, pesta kembang api, dan Bon Odori. Bisa dibilang kami sudah sangat puas. Dijamin bakal balik lagi tahun depan.

So, Mari Maju Bersama Bergandeng tangan!

Sneak Peek at Motto Festival 2012

At Saturday, October 13, 2012. I went to Pluit Village to see Motto festival. It was a loooong journey to get there, since I live in another part of Jakarta.

Thank God there is busway, so I just need to take 2 vehicle to get there. And finally, after almost 2 hours trip, I was in the BIGGEST J-INDO Band Festival.

img_0994img_1012After some window shopping in Pluit Village. I felt absolutely hungry. Look around and decided to eat takoyaki. Since I love cheese, I pick Cheese takoyaki. Rp. 15.000 for 6 pieces takoyaki. While it was very hot, I impatiently ate one of them. Waaa… it’s definitely a bad idea. But then, I enjoyed eating, especially the octopus slice inside it. LOVE IT!

For you who still don’t know, yet. Takoyaki or octopus balls is a ball-shaped Japanese snack made of a wheat flour-based batter and cooked in a special takoyaki pan. It is typically filled with minced or diced octopus, tempura scraps, pickled ginger, and green onion. It brushed with takoyaki sauce, then sprinkled with green laver (aonori) and shavings of dried bonito or cheese (just like the one I ate). 

After that, I try this tea called Prendjak Tea. Apparently, this tea is produced in Tanjung Pinang. It has quite different taste with some tea that I already tasted before. Kind of Unique. Especially when I drink it cos I am very thirsty. 2 big cups of these tea still not enough for this hot sunny day.

While we were enjoying our food and drink, some band performed on stage. Then, it was time for COSPLAY COMPETITION.  Cosplay,  short for “costume play,” is a type of performance art in which participants wear costumes and accessories to represent a specific character or idea.

Then suddenly, the venue was crowded. I hardly sneaked into the crowd to get in front of the stage. Prepared to capture great moments of cosplay performances.

img_0955 img_0960 img_0965 img_0975 img_0981 There was also a battle between the cosplayer.

img_0966 Now, these looks like some meccha costume. I wonder how they made those costume. It’s not broken eventhough they made such a movement. Not to think that it was a very hot day. It must be pretty hard and hot wore those costume.

img_0950 img_0988 img_0998 img_1004And last but not least, it was the end of the cosplay performances. And I decided to go home. Remember, my house is far away from Pluit. Even so, I am pretty delight with this festival. So excited being there. Hoping there will be more of these kind of festival. And hopefully I could be there, again.

img_1006