Siang itu, dengan memanfaatkan moda transportasi MRT, saya dan keluarga menuju Grand Indonesia untuk menyaksikan pameran Sejauh Mata Memandang oleh Chitra Subiyakto.
Pameran bertema “Laut Kita” ini sungguh menarik perhatian karena relevansinya dengan keadaan saat ini. Dimana laut kita sudah begitu parahnya tercemar oleh sampah plastik.
Pameran ini seakan-akan menegur kita “sejauh mana kamu peduli?”
Di pintu masuk pameran, kami disuguhi instalasi karya seni yang terbuat dari plastik dan kain.
Ya, kain.
Kain pun merupakan salah satu barang yang turut berkontribusi besar mencemari lingkungan.
Bagaimana bisa?
Disinilah kita diberi sedikit pencerahan mengenai istilah slow fashion dan fast fashion.
Saya sendiri termasuk pendukung slow fashion. Meskipun belum 100 persen. Sebagian besar pakaian saya merupakan hasil jahitan sendiri atau secondhand aka bekas sodara or mama. Pun begitu dengan bahan yang digunakan, mostly cotton or linen.
Karena itu, sedari dulu bermimpi punya usaha yang mengusung slow fashion alias sustainable fashion macam osem, cinta bumi, hope, dagmar, seratus kapas, maomao id, atau sejauh mata memandang. One day for sure.
“Pernahkah kamu menyadari, apa yang terjadi saat ini dengan laut kita? Apakah kamu sadar bahwa keindahan alam kita mulai terganggu karena ulah kita sendiri?”
Kalau saya sih, sadar banget 😭
Sekarang, apakah kamu tahu jumlah sampah plastik yang kita gunakan mencapai 1400-1600 TON PER HARI? Jumlah yang menjadikan Indonesia negara ke-2 penyumbang sampah plastik terbesar di dunia.
Mengerikan, bukan?
Ngerinya lagi, banyak hewan yang mati karena terjerat sampah plastik ini. Ngenes, ngilu, sedih banget ngeliat foto-foto perut mereka yang dipenuhi sampah plastik ataupun bagian tubuh mereka yang terjebak dalam plastik.
Terus, kebayang ga, kalau suatu hari, laut kita akan dipenuhi sampah plastik sampai ikan-ikan pun bingung mencari celah untuk berenang.
Sampah plastik yang sangat sulit untuk diurai. Bahkan, waktu 19 tahun belum cukup untuk mengurainya.
Sekarang, mulai banyak public figur yang menyuarakan opini mereka tentang sampah plastik.
Pun begitu dengan komunitas dan masyarakat awam yang mulai bergerak untuk meningkatkan awareness mengenai masalah ini.
Lantas, bagaimana dengan kita?
Yuk belajar kurangi sampah plastik.
Ga usah jauh-jauh, dimulai aja dari diri sendiri. Sedikit demi sedikit, dari hal yang paling kecil, misalnya tidak pakai sedotan plastik, bawa wadah sendiri buat beli jajanan yang take away, bawa botol minum, dan bawa tas blanja sendiri.
Beri contoh dan ajari anak-anak, sepupu, ponakan, anak teman, anak tetangga, dan anak-anak lain sejak usia dini untuk ikutan ‘diet barang plastik.’
Susah emang, saya sendiri pun masi belajar. Apalagi di jaman serba instan dan cepat ini, kita dimanjakan dengan mudahnya penggunaan plastik.
Kalau tiap orang, juga anak-anak kelak terbiasa melakukannya, maka sampah plastik yang konon katanya sampai ribuan ton per harinya itu, bukan tidak mungkin bisa berkurang.