Sudah lama rasanya saya tidak melahap buku setebal ini, sampai habis tanpa jeda. Sebegitu menariknya sampai saya terus membaca dari satu halaman ke halaman lainnya.
Walaupun jujur, di bagian awal, ingin rasanya menaruh pembatas buku karena bingung dan bosan dengan jalan ceritanya. Tiba-tiba saja saya disuguhi dengan drone dan belalang-belalang mekanik aneh yang bersliweran, istilah-istilah yang ajaib (ASA, SCEWL, SQEWL, Plute, Plebe, Buzz, dll.) dan dunia antah berantah tanpa ada kejelasan mai dibawa kemana saya ini.
Untungnya saya bertahan dan rasanya tidak sia-sia. Semakin ke tengah, semakin saya tertarik membaca hingga ke bagian akhirnya.
Seru. Kocak. Manis. Tapi juga menegangkan. Dua tokoh utamanya, Orpheus Chanson dan Zimri Robinson (unik ya namanya) berhasil membuat saya terlena dengan takdir dan dunia mereka yang bertolak belakang.
Ditambah lagi, penulis memakai sudut pandang orang pertama untuk Orpheus dan Zimri, bergantian di setiap babnya. Alhasil, ketika kedua tokoh ini bertemu, saya seakan-akan sedang ngobrol sendirian.
Ceritanya, sungguh relate sebenarnya. Karena dunia mereka seakan menggambarkan dunia kita suatu saat di masa depan. Dimana robot mengambil alih pekerjaan manusia. Dimana ilmu pengetahuan semakin berkembang sampai-sampai, prosedur operasi otak (disebut sebagai Acquired Savant Abilities/ASA) bisa membuat orang menjadi jenius, gifted, atau ahli dalam satu hal hanya dalam semalam. Dimana semua hal cuma bisa didapatkan dengan uang, termasuk musik (Pay for Play) yang menjadi topik utama cerita. Terdengar sedikit menakutkan, tapi itu bisa kejadian di masa depan. Dengan segala teknologi yang terus berkembang pesat.
Seru banget. Pokoknya seseru itu. Apalagi kalo suka genre Science Fiction, Thriller, dan sedikit Romance, cocok banget baca buku ini.