That week was exceptional. It was a week that full of enthusiasm, passion, and love for badminton. It was Indonesia Open 2018. It was a world class badminton competition and one of the most prestigious Super Series 1000, along with All England and China Open.
I am a huge fan of badminton. My whole families are. We never skipped to watch any match that was live on TV, at least as long as I remember. So, when I knew that Indonesia Open finally here, I was very excited to watch it in Istora Senayan.
Hari itu, tanpa rencana tanpa persiapan, saya mengajak mama menyaksikan Bibli Indonesia Open secara langsung di Istora Senayan. Maklum, saya tahu benar kalau beliau adalah penyuka badminton. Pada masa mudanya dulu, beliau suka ikutan main badminton di lingkungan RT. Beliau pun penggemar Rudy Hartono dan Icuk Sugiarto. Maka, saat itu juga beliau langsung berkata, Ayo!
Jadilah kami mengistora (istilah yang digunakan kalau kita nonton langsung di istora). Target saya hari itu adalah mendukung pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Makanya saya tenang-tenang saja ketika kami sampai di lokasi sekitar pukul 2.
Karena kami tidak planning sebelumnya, saya pun segera mencari tiket on the spot. What a surprise, almost all ticket sold out. Padahal ini baru hari ke-2 yang bisa dibilang baru babak pertama. Amazing.
Memasuki Istora Senayan, kami disambut dengan gapura besar bertuliskan BLIBLI ARENA. Setelah melewati pengecekan oleh sekuriti, kami pun memasuki arena.
WOW, JUST WOW!
Diluar ekspektasi saya. Jauh melebihi ekspektasi saya.
Area Istora Senayan, setelah di renovasi menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Pihak penyelenggara pun menyulap Istora layaknya sebuah sportedutainment.
Saya serasa masuk ke dalam sebuah perhelatan akbar macam Asian Games atau Olimpiade. Semua ada di sini. Mulai dari dekorasi yang instagramable, hiburan berupa live music and game, info mengenai badminton,stand-stand sponsor, food court, atm sampai kids zone. Mau cari apa disini, just named it. It’s all here.
Membanggakan.
Dari luar Istora saja, atmosfer badminton sudah kental terasa. Sayapun tak sabar untuk segera masuk ke dalam istora.
Memasuki Istora, terdengar riuh renyah teriakan supporter sedang mendukung para pemain badminton kelas dunia. Saya pun tepat hadir di saat tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung bertanding melawan Ratchanok Intanon (Thailand).
Ketika Gregoria memasuki lapangan, suara supporter memenuhi seisi Istora. Padahal, istora belum semuanya terisi penuh.
Semakin sore, istora semakin dipadati penonton dan mendadak penuh. I wonder why?
Ahhhh I see. Ah iya, sebentar lagi pertandingan ganda putra nomor 1 di dunia, Marcus dan Kevin. Dan benar saja, sesaat menjelang pertandingan ganda putra kebanggaan Indonesia itu, hampir seluruh kursi, baik di kelas 2, 1, maupun VIP sesak oleh penonton yang mulai berteriak dengan yel-yel khas mereka, termasuk saya.
IN-DO-NE-SIA! Dung dung dung dung dung.
IN-DO-NE-SIA! Dung dung dung dung dung.
Dan ketika nama Marcus dan Kevin dipanggil untuk memasuki lapangan, sontak saja riuh gemuruh suara supporter memenuhi Istora.
Merinding.
Atmosfer penuh rasa nasionalisme dan bangga seakan membuncah di setiap penonton yang hadir kala itu. Ini baru hari ke 2. Apa kabar nanti ketika semifinal bahkan final. Merinding bulu kudukku hanya dengan sekadar membayangkannya.
Pertandingan pun dimulai, lautan supporter tak henti-hentinya memberikan dukungannya terhadap pasangan ajaib ini. Dan dalam waktu singkat, yang hanya 27 menit saja, mereka berhasil menumbangkan pasangan lawan dari Malaysia, yaitu Ong Yew Sin dan Teo Ee Yi.
What an amazing match. Amazing skill,spirit, smash, netting. I am speechless.
No wonder they are number 1 men double in the world of badminton. They definitely deserve it. The hard work had been paid.
They were playing in lightning speed. Not that I am exaggerate, but it is fact. I can’t even see the shuttle cock movement. Well, maybe I am a bit exaggerated. I was busy yelling “Marcus-Kevin and Eeeaaa-Eeeaaa” while keeping my eyes on their movement.
Tepat rasanya kalau suporter badminton memberi julukan Kevin si pendekar bersenjata raket bertangan petir dengan kecepatan cahaya. Begitu pula dengan Marcus, yang bisa dibilang sebelas dua belas dengan Kevin. “Jenius. Ajaib. Super” kalo kata Oma Gill dan Steen.
What a player.
Selain pasangan Marcus dan Kevin, kami sempat juga melihat pertandingan Shi Yuqi, Tommy Sugiarto, Agatha Imanuela dan Siti Fadia Silva Ramadhanti, Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto, Li Jun Hui dan Liu Yuchen, Akane Yamaguchi, Takuto Inoue dan Yuki Kaneko.
Intinya, ga rugi banget buat ngistora. Ga rugi banget buat dukung atlit kita secara langsung. Menang atau kalah, itu biasa. Dukungan yang tak hentinya atas perjuangan mereka, itu yang luar biasa.
Jadi, mari kita dukung atlit Indonesia berlaga di turnamen selanjutnya, yaitu Asian Games 2018. Sampai jumpa lagi!
IN-DO-NE-SIA!