Dingin Menyengat, Mentari Menghangat di Bukit Cinta, Bromo.

Dini hari itu, kami bergegas menyambut hari tuk menyaksikan terbitnya mentari. Orang bilang, “kalau ke Bromo itu, ga lengkap kalo ga ngeliat sunrise.” Jadi, kami pastikan tidak melewati momen menanti munculnya sang mentari dari kawasan Bromo, yang sudah terkenal seantero jagad raya.

Untuk bisa menuju lokasi, kami harus menuju Bukit Cinta di kawasan Bromo. Di pagi buta, mengendarai Jeep dengan hanya berteman lelampuan dari jeep-jeep lain di depan dan belakang kami. Jalanannya pun tidak bisa dibilang mulus tanpa rintangan. Sungguh. Penuh dengan “gajlukan” di sana sini, yang sukses membuat kami terus melek di sepanjang perjalanan.

Sampai di daerah Bukit Cinta, rentetan Jeep pun menyapa. Tidak terbayang berapa banyak manusia yang sudah siap di spot-nya masing-masing, hendak bertemu dengan sang mentari. Begitupun dengan kami, buru-buru kami memanjat salah satu bukit di kegelapan dini hari. Brrr… dingin menyengat di sekujur badan. Diam-diam memohon agar bintang yang kami tunggu segera muncul dan menghangatkan kami.

Tak berapa lama, semburat kuning tampak dikejauhan… Ah hangatnya, pikir kami. Tapi bohong! Terakhir saya cek suhu, baru mencapai 5 derajat Celcius. Butuh lebih dari sekadar semburat kuning untuk bisa mengusir sengatan dingin ini.

Dan muncul dia. Bintang paling favorit di jagad manusia, MATAHARI. Dingin yang tadi menyengat pelan-pelan tergantikan oleh Mentari yang menghangat. Maasyaa Alloh. Indahnya, pikir saya. Terdiam entah tuk berapa lama, menyaksikan karya seni ciptaan Alloh SWT yang tak ada duanya.